34 C
Jakarta
Sabtu, 27 Juli 2024
BerandaNewsHari Anak Nasional 2021: Dari Tema, Logo Hingga Isu Permasalahan Anak

Hari Anak Nasional 2021: Dari Tema, Logo Hingga Isu Permasalahan Anak

- Advertisement -

Bandung, IndoChannel.id – Selamat Hari Anak Nasional untuk anak-anak kebanggaan Indonesia! Perayaan hari anak bertujuan untuk menghormati hak-hak setiap anak di seluruh dunia.

Dilansir dari tirto.id, Peringatan HAN tahun 2021, KEMENPPPA telah menetapkan logo dan tema HAN dalam situasi pandemi COVID-19.

- Advertisement -

Dalam sambutanya, I Gusti Ayu Damawati meyampaikan “Diharapkan peringatan HAN yang dikemas secara online dapat menjangkau lebih banyak anak dari 34 provinsi di Indonesia termasuk Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK),” demikian tulis Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Adapun Tema dan Logo yang diusung dalam peringatan HAN 2021, detail serta filosofinya sebagai berikut:

Tema dan Logo
Pedoman Hari Anak Nasional 2021 yang dirilis oleh Kemenpppa RI menyebutkan, tema HAN tahun ini “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan Tagline #AnakPedulidiMasaPAndemi.

Tema tersebut merupakan motivasi bahwa pandemi tak menyurutkan komitmen untuk tetap melaksanakan HAN tahun ini meski secara virtual, tanpa mengurangi makna dari HAN sendiri.

Menteri Kemenpppa mengharapkan dalam peringatan HAN yang dikemas secara online dapat menjangkau lebih banyak anak – anak dari 34 provinsi di Indonesia termasuk Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK)

Ada pula sub tema dari Hari Anak Nasional 2021:
1. Anak Cerdas Terliterasi
2. Anak Gembira dengan Asah, Asih, Asuh.
3. Anak Sehat dan Gembira.
4. Anak Cerdas, Kreatif dan Informatif
5. Anak Resiliensi Tangguh dengan Kasih sayang

Baca Juga :

Selamat Hari Anak Nasional dari Presiden Joko Widodo, “Teruslah Bergembira”

Logo HAN 2021:
1. Tiga orang Anak Memegang Bendera Merah Putih. Setiap anak termasuk anak disabilitas memiliki impian (cita-cita) yang dapat diraih dengan doa, semangat dan dukungan keluarga. Anak sebagai generasi penerus bangsa, perlu didukung dan dilindungi, agar tumbuh sebagai manusia dewasa yang berjiwa Pancasila di bawah naungan sang saka merah putih.

  • Warna Merah dan Putih, menjadi kebersamaan dan nasionalisme anak anak Indonesia untuk tetap kreatif dan bersemangat tetap saling mendukung dalam melewati masa sulit.
  • Garis Berwarna abu
    Pandemi COVID-19 berdampak terhadap dunia anak-anak dengan perubahan pola hidup. Namun, anak-anak harus diupayakan terpenuhi haknya, bergembira dan penuh kreativitas, dalam perlindungan keluarga.

Namun, ditengah Peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh tepat pada hari ini (23/7), isu-isu yang menjadi Permasalahan Anak masih menjadi sorotan.

Diikuti dari Ruang Guru, pada Rabu (21/7/2021) peringatan Hari Anak Nasional tahun 2021 penting untuk memahami isu- isu yang kini masih menjadi permasalahan anak–anak di Indonesia, yaitu:

1. Eksisnya Kekerasan Terhadap anak
Kekerasan terhadap anak masih menadi isu yang masih eksis, data – data yang menujukan angka dimana masih banyak anak laki – laki maupun perempuan tengah mengalami kekerasan, baik diluar rumah maupun di dalam rumah.

Convention on the Rights of the Child (1989) mengklasifikasi kekerasan anak, berupa kekerasan baik secara fisik, ekpolitas, seksual serta pengabaian.
Hampir setengah populasi anak laki – laki, sekitar 7 dan 2 juta anak perempuan, mengalami tindak kekerasan. Hal ini berdasarkan dari data Kementerian Sosial, hasil survei terkait Kekerasan terhadap Anak di Indonesia tahun 2013.

Global Report pada tahun 2017 “Ending Violence in childhood” mendata, 73,7 persen anak Indonesia berumur 1-14 tahun pernah mengalami tindak kekerasan di dalam keluarga, yang diakibat oleh pemaksaan pendisiplinan.

Menurut KPAI, sekitar tiga juta kasus, kekerasan fisik terhadap anak laki – laki dan kekerasan emosional sebanyak 1,4 juta. Sementara itu, 1 dari 9 anak perempuan, mengalami tindak kekerasan secara emosional.

2. Isu Pekerja anak
Isu pekerja anak harus menjadi Isu yang perlu ditangain secara serius, Pasalnya pekerja anak ini masih terselubung. Beberapa diantaranya mereka bekerja sebagai pekerja non formal.

Salah satu contoh, anak – anak buruh sawit yang berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan, tak sedikit anak – anak mereka yang turut bekerja.

Tidak hanya membayahankan bagi kesehatan mereka, tenaga anak – anak buruh sawit, mereka tidak di gaji, akan tetapi menjadi tenaga pembantu bagi orang tua mereka untuk mencapai target harian.

Perkiraan ILO, 1,5 juta anak Indonesia yang berusia 10-17 tahun, mereka bekerja di sektor pertanian. Secara langsung, anak – anak yang bekerja, akan berhubungan dengan obat – obatan seperti pestisida dan suhu ekstrem yang membahayakan mereka.

Di sector, bidang jasa dan manufaktur. Ada 34,7 persen jumlah buruh perempuan dibawah umur, di Papua dari total pekerja.

Baca Juga :

Ingin Anak Menjadi Sholeh? Simak Kumpulan Doa dan Tips Parenting Ini!

3. Pendidikan
Pendidikan adalah hak bagi seluruh Rakyat Indonesia, Namun, angka putus sekolah menujukkan angka yang patut di Prihatinkan.

Menurut data Kemdikbud, per tahun 2020, Saat ini masih banyak siswa yang putus sekolah. Jenjang Sekolah Dasar (SD) menjadi angka paling banyak putus sekolah, setidaknya 59,4 ribu siswa.

Posisi kedua angka putus sekolah berada di jenjang sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 38,5 ribu siswa.

Ketiga, tingkat sekolah menengah atas (SMA) ada 26,9 ribu siswa dan 32,4 ribu siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang putus sekolah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mencatat, 157 ribu siswa dari jenjang SD sampai SMA putus sekolah di tahun ajaran 2019/ 2020. Terdapat 25,2 juta siswa SD, 10,1 juta SMP, 5 juta SMA, dan 5,2 juta SMK pada tahun ajaran 2019/2020.

Ada beberapa aspek yang mengakibatkan anak putus sekolah, selain biaya, akses yang tida muda dan lainnya.

Sementara itu, United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyebutkan, Pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab siswa putus sekolah. UNICEF memperkirakan terdapat sekira 1% siswa yang berhenti sekolah akibat pandemi.

Latest news

Related news

- Advertisement -