Jakarta, IndoChannel.id – Vaksin ketiga atau booster menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menghalangi penyebaran virus Covid-19 varian Omicron.
Lalu vaksin apa yang bagus untuk booster?
Tingkat efektivitas atau kemanjuran vaksin sendiri menjadi salah satu pertimbangan saat memutuskan untuk menerima dosis ketiga.
Sejumlah peneliti telah melakukan studi untuk melihat vaksin mana yang paling efektif melawan Omicron dan paling bagus untuk booster. Salah satunya dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), Kementerian Kesehatan.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan melibatkan sejumlah partisipan yang mendapatkan vaksin Sinovac sebagai vaksin primer. Para partisipan dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok mendapat booster homolog yakni Sinovac dan satu lagi mendapat booster heterolog berbasis mRNA yakni Moderna.
Hasilnya, didapatkan kadar titer antibodi pada booster homolog meningkat 7,8 kali lipat, sedangkan pada booster heterolog meningkat 67 kali lipat. Meski demikian, ditegaskan bahwa kadar titer antibodi tidak menunjukkan tinggi rendahnya tingkat proteksi.
Sementara itu, BPOM RI telah melakukan kajian terhadap sejumlah kombinasi vaksin booster baik yang bersifat homolog maupun heterolog untuk mengetahui vaksin apa yang paling bagus dan efektif untuk booster, antara lain:
1. Sinovac (CoronaVac atau vaksin COVID-19 Bio Farma)
Diberikan sebagai vaksin booster homolog, diberikan satu dosis pernuh (full dose) setelah 6 bulan pemberian vaksin primer lengkap.
Efektivitas: Pada usia 18 tahun ke atas, peningkatan titer antibodi netralisasi teramati 21-35 kali setelah 28 hari.
2. Pfizer (Comirnaty)
Sebagai booster homolog diberikan sebanyak 1 dosis (full dose) setelah 6 bulan pemberian vaksin primer.
Efektivitas: pada usia 18 tahun ke atas, peningkatan titer antibodi netralisasi 3,29 kali setelah 1 bulan, dibandingkan 28 hari setelah vaksinasi primer.
Sebagai booster heterolog pada vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca, diberikan 1/2 dosis (half dose), 6-9 bulan setelah dosis lengkap vaksin primer.
Efektivitas: menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD 105,7 kali dibanding sebelum pemberian booster.
Sebagai booster heterolog untuk AstraZeneca, diberikan 1/2 dosis (half dose) setelah 6 bulan vaksinasi primer.
Efektivitas: menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD 21,8 kali dibanding sebelum booster.
3. AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac)
Sebagai booster homolog diberikan 1 dosis (full dose) setelah 6 bulan vaksin primer.
Efektivitas: pada usia 18 tahun ke atas, peningkatan rata-rata titer antibodi IgG dari 1.792 unit menjadi 3.746 unit.
Sebagai booster heterolog untuk vaksin primer Sinovac diberikan 1/2 dosis (half dose).
Efektivitas: pada interval 3-6 bulan setelah vaksin primer titer antibodi IgG terhadap S-RBD meningkat 34-35 kali; pada interval 6-9 bulan sebesar 35-41 kali.
Sebagai booster heterolog untuk Pfizer diberikan 1 dosis (full dose).
Efektivitas: antobodi IgG meningkat dari 3.350 unit menjadi 13.242 unit.
4. Moderna
Diberikan sebagai booster homolog dan heterolog untuk vaksin AstraZeneca, Pfizer, atau Janssen (Johnson & Johnson).
Efektivitas: meningkatkan titer antibodi netralisasi 12,99 kali setelah booster homolog vaksin Moderna.
5. Anhui (Zifivax)
Diberikan sebagai booster vaksin heterolog 6 bulan setelah dosis lengkap Sinovac atau Sinopharm.
Efektivitas: meningkatkan titer antibodi 30 kali lipat pada usia 18 tahun ke atas.
Sebagai informasi, vaksin booster diperuntukkan bagi masyarakat yang telah memenuhi syarat vaksin, yaitu berusia 18 tahun (prioritas lanjut usia dan komorbid) serta sudah menerima vaksin ke-2 dengan jarak minimal 6 bulan. Untuk mengetahui sudah berjarak 6 bulan atau belum dari vaksin ke-2, bisa dicek melalui aplikasi PeduliLindungi.