27.3 C
Jakarta
Minggu, 10 November 2024
BerandaHeadlineHari Santri Nasional 2021 : Sejarah Santri dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Hari Santri Nasional 2021 : Sejarah Santri dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

- Advertisement -

Bandung, IndoChannel.id – Hari Santri Nasional 2021 jatuh tepat hari ini, Jumat (22/10/2021). Peringatan Hari Santri ini telah ditetapkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya.

Dikutip dari laman Setkab.go.id, santri merupakan sebutan bagi para pelajar yang belajar di pondok pesantren dan berguru kepada para kiai.

- Advertisement -

Berdasarkan catatan sejarah, pada zaman dahulu santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut.

Para santri dengan caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, mengajarkan tentang arti kemerdekaan.

Salah satu momen perjuangan santri untuk kemerdekaan adalah ketika pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari menyerukan resolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945.

Sementara itu, melansir laman NU Online, sejarawan NU KH Agus Sunyoto menegaskan bahwa santri merupakan representasi bangsa pribumi dari kalangan pesantren yang sangat berjasa membawa Indonesia menegakkan kemerdekaan melalui Resolusi Jihad 22 Oktober yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari.

Dia juga menerangkan istilah santri memang asli dari Indonesia, berbeda dengan istilah siswa yang berasal dari Belanda. Jika dirunut sejarahnya, kata Ketua PP Lesbumi NU ini, awalnya Indonesia dianggap negara boneka Jepang oleh negara sekutu karena kemerdekaannya dinilai pemberian dari Nippon tersebut.

Hal ini bisa dijelaskan, menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Ir Soekarno dan Mohammad Hatta menyambangi Jepang untuk bertemu Kaisar.

“Rapat besar di Lapangan Ikada juga dijaga ketat oleh tentara Jepang. Belum lagi Naskah Teks Proklamasi yang diketik oleh orang berkebangsaan Jepang Laksamana Meida,” terang Agus.

Setelah Jepang kalah perang dengan tentara sekutu atau NICA, lanjut dia, mereka berusaha kembali menjajah Indonesia dalam agresi militer kedua. Agus menjelaskan, ternyata tentara NICA dikagetkan oleh perlawanan orang-orang pribumi dari kalangan santri.

“Dari sinilah mereka berpikir bahwa kemerdekaan Indonesia bukan karena pemberian dari bangsa Jepang, melainkan betul-betul didukung oleh seluruh rakyat Indonesia,” terang penulis buku ‘Atlas Wali Songo’ ini.

Menurut Agus, penetapan Hari Santri Nasional bukan hanya sebagai agenda kepentingan kelompok tertentu, tetapi untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia yang ketika itu digerakkan oleh Resolusi Jihad, yakni fatwa jihad KH Hasyim Asy’ari untuk membela Tanah Air dari penjajah hukumnya fardlu’ain atau wajib bagi setiap individu.

Berdasarkan perjuangan santri itu pula Presiden Jokowi menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional lewat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Dalam pidatonya, Kepala Negara mengatakan penetapan ini dilakukan menginat peran santri termasuk KH Hasyum Asy’ari.

“Mengingat peran historis itu, mengingat peran sejarah itu, mengingat peran santri menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengingat peran tokoh-tokoh santri seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, KH Ahmad Hasan, Syech Ahmad Suropati, Kiai Mas Abdurahman, tadi dari Nahdlatul Ulama, dari Muhammadiyah, dari Persis, dari Al Irsyad, dari Mathaul Anwar, tadi juga dibisiki oleh Kiai Said Aqil Sirad (ketua umum PBNU), masih ada nama-nama perwira PETA yang berasal dari kalangan santri,” ucap Presiden Jokowi pada 2015 lalu.

Latest news

Related news

- Advertisement -